Detik waktu bersama kelahiran seorang bayi dihiasi tangisan .Nyaring
berkumandang menyaring segala suara yang menyapa telinga ibu.Lonjak
hatinya memuncak gembira penawar sakit dan lesu. Lalu bermulalah sebuah
kehidupan yang mewarnai bumi berpenakan hati, berdakwatkan air mata.
Air mata adakalanya penyubur hati,penawar duka. Adakalanya buih
kekecewaan yang menyempit perasaan , menyesak kehidupan. Air mata
seorang manusia hanyalah umpama air kotor diperlimpahan. Namun setitis
air mata kerana takutkan ALLAH persis permata indahnya gemerlapan.
Penghuni Syurga ialah mereka yang banyak dukacitanya di dunia.
Tidak berkumpul dua perkara dalam satu masa.Barangsiapa gembira di
dunia akan berdukacita di akhirat.Barangsiapa yang banyak dukacitanya di
dunia akan gembira di akhirat.
Pencinta dunia menangis kerana dunia yang hilang. Perindu akhirat menangis kerana dunia yang datang.
Alangkah sempitnya kuburku,keluh seorang Abid.
Alangkah sedikitnya hartaku,kesal si hartawan.
Dari mata yang mengitai setiap kemewahan yang mulus penuh
rakus,mengalirlah air kecewa kegagalan. Dari mata yang redup merenung
Hari Akhirat yang dirasakan dekat, mengalirkan air mata insaf mengharap
kemenangan.
“Penghuni Syurga itulah orang-orang yang menang.”(al- Hasr: 20)
Tangis adalah basahan hidup,justeru: Hidup dimulakan dengan tangis,
dicelahi oleh tangis dan diakhiri dengan tangis.Manusia sentiasa dalam
dua tangisan.Sama ada yang membawa untung atau merugikan.
Sabda Rasulullah s.a.w.:
“Ada dua titisan yang ALLAH cintai,pertama titisan darah para Syuhada dan titisan air mata yang jatuh kerana takutkan ALLAH.”
Nabi Muhammad bersabda lagi : “Tangisan seorang pendosa lebih ALLAH cintai daripada tasbih para wali.”
Oleh itu berhati-hatilah dalam tangisan,kerana ada tangisan yang akan
mengakibatkan diri menangis lebih lama dan ada tangisan yang membawa
bahagia untuk selama-lamanya. Seorang pendosa yang menangis kerana dosa
adalah lebih baik daripada Abid yang berangan-angan tentang Syurga mana
kelak ia akan bertakhta.
Nabi bersabda :
“Kejahatan yang diiringi oleh rasa sedih,lebih ALLAH sukai dari satu kebaikan yang menimbulkan rasa takabur.”
Ketawa yang berlebihan tanda lalai dan kejahilan. Ketawa seorang
ulamak dunia hilang ilmu, hilang wibawanya. Ketawa seorang jahil,
semakin keras hati dan perasaannya.
Nabi Muhammad bersabda :
“Jika kamu tahu apa yang aku tahu nescaya kamu banyak menangis dan sedikit ketawa.”
Seorang Hukama pernah bersyair :
“Aku heran,melihat orang ketawa kerana perkara-perkara yang akan menyusahkan, lebih banyak daripada perkara yang menyenangkan. ”
Salafussoleh menangis walaupun banyak beramal,takut- takut tidak
diterima ibadatnya,kita ketawa walaupun sedar diri kosong daripada
amalan. Lupakah kita Nabi pernah bersabda : “Siapa yang berbuat dosa
dalam ketawa,akan dicampakkan ke neraka dalam keadaan menangis.”
Kita gembira jika apa yang kita idamkan tercapai. Kita menangis kalau
yang kita cita-citakan terabai. Nikmat disambut riak, kedukaan
menjemput duka. Namun,Allah SWT telah berfirman :
” Boleh jadi kamu membenci sesuatu,padahal ia amat baik bagimu,dan boleh
jadi pula kamu menyukai sesuatu,pada hal ianya amat buruk bagimu. ALLAH
mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui.”
(AL BAQARAH : 216)
Bukankah Nabi pernah bersabda: “Neraka dipagari nikmat,syurga dipagari bala.”
Menangislah wahai diri,agar senyumanmu banyak di kemudian hari.
Kerana engkau belum tahu, nasibmu dipuak kanan atau dipuak kiri.Di
sana,lembaran sejarahmu dibuka satu persatu, menyemarakkan rasa malu
berabad-abad lamanya bergantung kepada syafaat Rasulullah yang dikasihi
Tuhan. Kenangilah, sungai-sungai yang mengalir itu banjiran air mata
Nabi Adam yang menangis bertaubat, maka suburlah dan sejahteralah bumi
kerana terangkatnya taubat.
Menangislah seperti Saidina Umar yang selalu memukul dirinya dengan berkata:
“Kalau semua masuk ke dalam syurga kecuali seorang, aku takut akulah orang itu.”
Menangislah sebagaimana Ummu Sulaim apabila ditanya :
“Kenapa engkau menangis?”
“Aku tidak mempunyai anak lagi untuk dihantar berperang,”jawabnya .
Menangislah sebagaimana Ghazwan yang tidak sengaja terpandang wanita
rupawan. Diharamkan matanya dari memandang ke langit seumur hidup,lalu
berkata :
“Sesungguhnya engkau mencari kesusahan dengan pandangan itu.”
Ibnu Masud r.a.berkata :
“Seorang yang mengerti al Quran dikenali waktu malam ketika orang lain
tidur,dan waktu siangnya ketika orang lain tidak berpuasa, sedihnya
ketika orang lain sedang gembira dan tangisnya di waktu orang lain
tertawa. Diamnya di waktu orang lain berbicara, khusuknya di waktu orang
lain berbangga, seharusnya orang yang mengerti al Quran itu
tenang,lunak dan tidak boleh menjadi seorang yang keras, kejam, lalai,
bersuara keras dan marah.
Tanyailah orang-orang soleh mengapa dia tidak berhibur :
“Bagaimana hendak bergembira sedangkan mati itu di belakang kami,kubur
di hadapan kami,kiamat itu janjian kami,neraka itu memburu kami dan
perhentian kami ialah ALLAH.”
Menangislah di sini,sebelum menangis di sana!!!…
Semoga bermanfaat InsyaAllah…
Sumber
- 10 Wasiat Imam Hasan Al Banna
- Menolak ‘Zulaikha’ Sejantan Yusuf
- Untukmu Yang Tak Sabar
- Kisah Perang Uhud
- Kisah Wanita Pemungut Sampah yang DiSholatkan oleh Rasulullah SAW
- Rasulullah SAW Takut Terhadap Kekayaan Dunia yang Melimpah
- Kisah Nabi Ibrahim a.s dan Empat Ekor Burung
- Doanya Tertolak Selama Empat Bulan Karena Sebutir Kurma
- Doa Anak-Anak Gaza di Pagi Hari
- Kisah Ini Membuatku Menghapus Sosok Pangeran Kaya
- Abdurrahman Tidak Mau Menjual Agamanya Dengan Dunia
- Armada Penakluk Lautan Di Era Kejayaan Islam
- Pesan Rasulullah SAW kepada Pasukan Jihad
- Mukjizat Nabi Musa
- Rasa Takut Muhammad al-Munqadir Dengan Siksa Allah
- Mengenang Sejarah Ka’bah
- Kisah Rasulullah SAW dan Delapan Dirham Penuh Berkah
- Utsman bin Affan r.a Datang Kepada Nabi SAW dengan Membawa Seribu Dinar
- Pemilik Betis Terberat di Yaumil Hisab
- Saya Tidak Takut Anak Perempuanku Menjadi Fakir Miskin
- Imam Abu Hatim Ar Razi Menjual Bajunya Agar Dapat Menuntut Ilmu
- Kisah Ini Membuatku Menghapus Sosok Pangeran Kaya
- Nasihat Amirul Mukminin Umar bin Khattab ra
- Umur 12 tahun Imam Ibnu Hajar menjadi imam shalat Tarawih di Masjidil Haram
- Menengok Kembali Kepemimpinan Umar bin Khattab r.a
0 Komentar Dari Saudara:
Posting Komentar