Keislaman beliau telah memberikan andil besar bagi perkembangan dan 
kejayaan Islam. Beliau adalah pemimpin yang adil, bijaksana, tegas, 
disegani, dan selalu memperhatikan urusan kaum muslimin. Pemimpin yang 
menegakkan ketauhidan dan keimanan, merobohkan kesyirikan dan kekufuran,
 menghidupkan sunnah dan mematikan bid’ah. Beliau adalah orang yang 
paling baik dan paling berilmu tentang al-Kitab dan as-Sunnah setelah 
Abu Bakar As Siddiq.
Kepemimpinan Umar bin Khattab tak seorangpun yang dapat meragukannya.
 Seorang tokoh besar setelah Rasulullah SAW dan Abu Bakar As Siddiq. 
Pada masa kepemimpinannya kekuasaan islam bertambah luas. Beliau 
berhasil menaklukkan Persia, Mesir, Syam, Irak, Burqah, Tripoli bagian 
barat, Azerbaijan, Jurjan, Basrah, Kufah dan Kairo.
Dalam masa kepemimpinan sepuluh tahun Umar bin Khattab itulah, 
penaklukan-penaklukan penting dilakukan Islam. Tak lama sesudah Umar bin
 Khattab memegang tampuk kekuasaan sebagai khalifah, pasukan Islam 
menduduki Suriah dan Palestina, yang kala itu menjadi bagian Kekaisaran 
Byzantium. Dalam pertempuran Yarmuk (636), pasukan Islam berhasil 
memukul habis kekuatan Byzantium. Damaskus jatuh pada tahun itu juga, 
dan Darussalam menyerah dua tahun kemudian. Menjelang tahun 641, pasukan
 Islam telah menguasai seluruh Palestina dan Suriah, dan terus menerjang
 maju ke daerah yang kini bernama Turki. Tahun 639, pasukan Islam 
menyerbu Mesir yang juga saat itu di bawah kekuasaan Byzantium. Dalam 
tempo tiga tahun, penaklukan Mesir diselesaikan dengan sempurna.
Penyerangan Islam terhadap Irak yang saat itu berada di bawah 
kekuasaan Kekaisaran Persia telah mulai bahkan sebelum Umar bin Khattab 
naik jadi khalifah. Kunci kemenangan Islam terletak pada pertempuran 
Qadisiya tahun 637, terjadi di masa kekhalifahan Umar bin Khattab. 
Menjelang tahun 641, seseluruh Irak sudah berada di bawah pengawasan 
Islam. Dan bukan hanya itu, pasukan Islam bahkan menyerbu langsung 
Persia dan dalam pertempuran Nehavend (642), mereka secara menentukan 
mengalahkan sisa terakhir kekuatan Persia. Menjelang wafatnya Umar bin 
Khattab di tahun 644, sebagian besar daerah barat Iran sudah terkuasai 
sepenuhnya. Gerakan ini tidak berhenti tatkala Umar bin Khattab wafat. 
Di bagian timur mereka dengan cepat menaklukkan Persia dan bagian barat 
mereka mendesak terus dengan pasukan menyeberang Afrika Utara.
Selain pemberani, Umar bin Khattab juga seorang yang cerdas. Dalam 
masalah ilmu diriwayatkan oleh Al Hakim dan Thabrani dari Ibnu Mas’ud 
berkata, ”Seandainya ilmu Umar bin Khattab diletakkan pada tepi 
timbangan yang satu dan ilmu seluruh penghuni bumi diletakkan pada tepi 
timbangan yang lain, niscaya ilmu Umar bin Khattab lebih berat 
dibandingkan ilmu mereka. Mayoritas sahabatpun berpendapat bahwa Umar 
bin Khattab menguasai 9 dari 10 ilmu. Dengan kecerdasannya beliau 
menelurkan konsep-konsep baru, seperti menghimpun Al Qur’an dalam bentuk
 mushaf, menetapkan tahun hijriyah sebagai kalender umat Islam, 
membentuk kas negara (Baitul Maal), menyatukan orang-orang yang 
melakukan sholat sunah tarawih dengan satu imam, menciptakan lembaga 
peradilan, membentuk lembaga perkantoran, membangun balai pengobatan, 
membangun tempat penginapan, memanfaatkan kapal laut untuk perdagangan, 
menetapkan hukuman cambuk bagi peminum “khamr” (minuman keras) sebanyak 
80 kali cambuk, mencetak mata uang dirham, audit bagi para pejabat serta
 pegawai dan juga konsep yang lainnya.
Namun dengan begitu beliau tidaklah menjadi congkak dan tinggi hati. 
Justru beliau seorang pemimpin yang zuhud lagi wara’. Beliau berusaha 
untuk mengetahui dan memenuhi kebutuhan rakyatnya. Dalam satu riwayat 
Qatadah berkata, ”Pada suatu hari Umar bin Khattab memakai jubah yang 
terbuat dari bulu domba yang sebagiannnya dipenuhi dengan tambalan dari 
kulit, padahal waktu itu beliau adalah seorang khalifah, sambil memikul 
jagung ia lantas berjalan mendatangi pasar untuk menjamu orang-orang.” 
Abdullah, puteranya berkata, ”Umar bin Khattab berkata, ”Seandainya ada 
anak kambing yang mati di tepian sungai Eufrat, maka umar merasa takut 
diminta pertanggung jawaban oleh Allah SWT.”
Beliaulah yang lebih dahulu lapar dan yang paling terakhir kenyang, 
Beliau berjanji tidak akan makan minyak samin dan daging hingga seluruh 
kaum muslimin kenyang memakannya…
Tidak diragukan lagi, khalifah Umar bin Khattab adalah seorang 
pemimpin yang arif, bijaksana dan adil dalam mengendalikan roda 
pemerintahan. Bahkan ia rela keluarganya hidup dalam serba kekurangan 
demi menjaga kepercayaan masyarakat kepadanya tentang pengelolaan 
kekayaan negara. Bahkan Umar bin Khattab sering terlambat salat Jum’at 
hanya menunggu bajunya kering, karena dia hanya mempunyai dua baju.
Kebijaksanaan dan keadilan Umar bin Khattab ini dilandasi oleh 
kekuatirannya terhadap rasa tanggung jawabnya kepada Allah SWT. Sehingga
 jauh-jauh hari Umar bin Khattab sudah mempersiapkan penggantinya jika 
kelak dia wafat.
Sebelum wafat, Umar berwasiat agar urusan khilafah dan pimpinan 
pemerintahan, dimusyawarahkan oleh enam orang yang telah mendapat ridha 
Nabi SAW. Mereka adalah Utsman bin Affan, Ali bin Abu Thalib, Thalhah 
bin Ubaidilah, Zubair binl Awwam, Sa’ad bin Abi Waqqash, dan Abdurrahman
 bin Auf. Umar menolak menetapkan salah seorang dari mereka, dengan 
berkata, aku tidak mau bertanggung jawab selagi hidup sesudah mati. 
Kalau AIlah menghendaki kebaikan bagi kalian, maka Allah akan 
melahirkannya atas kebaikan mereka (keenam orang itu) sebagaimana telah 
ditimbulkan kebaikan bagi kamu oleh Nabimu.
Menengok Kembali Kepemimpinan Umar bin Khattab r.a
Langganan:
Posting Komentar (Atom)



0 Komentar Dari Saudara:
Posting Komentar