Detik-Detik Wafatnya Rasulullah Saw
versi pertama :
Berkata Ibnu Mas’ud:
“Rasulullah saw ketika mendekati ajalnya, beliau mengumpul kan kami
semua di rumah Siti ‘Aisyah. Kami berkumpul, dan beliau memandang
memperhatikan kami semua tanpa kata, sehingga kami semua menangis
menderaikan air mata. Lalu beliau baru bersabda:
”Selamat datang untuk kalian semua,
mudah-mudahan kalian di belas kasihi oleh Allah Ta’ala. Saya berwasiat
supaya kalian bertaqwa kepada Allah, taat kepada-Nya, karena sungguh
sudah dekat perpisahan di antara kita, telah dekat pula waktunya kembali
kepada Allah Taala yang menempati Surga-Nya. Kalau sudah datang ajalku,
maka supaya Ali yang memandikan aku, Fudlail bin Abbas yang menuangkan
air, dan Usman bin Zaid membantu mereka berdua. Kemudian kafani aku
dengan pakaianku saja manakala kamu semua menghendaki, atau dengan kain
Yaman yang putih. Ketika kalian sedang memandikan aku, letakkan aku di
atas tempat tidurku di rumahku ini, yang dekat dengan liang kuburku
nanti. Setelah itu kalian keluar sejenak meninggalkan aku. Pertama kali
yang menshalati aku adalah Allah Azza Wa Jalla, lalu malaikat Jibril,
malaikat Israfil, malaikat Mikail, malaikat Izrail beserta
pembantu-pembantunya, kemudian dilanjutkan oleh para malaikat semua.
Sehabis itu kalian masuklah dengan berkelompok-kelompok, dan lakukan
shalat untukku. Mendengar itu, seketika para shahabat menjerit histeris,
menangis sambil berkata Wahai Rasulullah, engkau adalah utusan untuk
kami, menjadi kekuatan jamaah kami, selaku penguasa yang selalu memutusi
perkara kami kalau tuan sudah tiada, lalu kepada siapakah kami
mengadukan semua persoalan! Rasulullah Saw bersabda : ‘Sudah aku
tinggalkan untuk kalian jalan yang benar di atas jalan yang terang
benderang, juga aku tinggal dua penasehat, yang satu pandai bicara dan
yang satu pendiam. Yang pandai bicara yakni Al Qur’an, dan yang diam
saja ialah kematian Manakala ada persoalan yang sulit bagi kalian, maka
kembalikan kepada Al Qur’an dan Sunnahku, dan andaikan hati keras
seperti batu, maka lenturkan dia dengan mengingat mati.” (Al Hadits)
Sehabis berwasiat demikian Rasulullah saw jatuh sakit tepat bulan Shafar
selama 18 hari. Para shahabat sering menjenguknya. Dan penyakit yang
diderita sejak pertama sakit sampai akhir hayatnya hanya pusing kepala.
Rasulullah saw terutus hari Senin, pun pula meninggal pada hari Senin.
Tepat hari Senin sakit Rasulullah Saw semakin parah, dan sewaktu adzan
shubuh, dia (Bilal selesai Adzan kemudian berkemas-kemas datang
menghampiri pintu Rasulullah Saw seraya meng- ucapkan Salam.
”Assalamu Alaikum, Ya Rasul!”
Dari dalam Fathimah putri Rasulullah saw menjawab salam Bilal. Kemudian Fathimah berkata kepada dia:
”Rasulullah saw tengah sibuk dengan dirinya.”
Bilal pun kembali ke masjid tanpa memikirkan dan memahami Fathimah.
Tatkala shubuh semakin terang (Rasulullah saw belum jua datang) kembali
Bilal menghampiri pintu Rasulullah saw dan mengucapkan salam seperti
yang pertama. Rasulullah saw mendengar suara Bilal, (Bilal dipanggil
menghadap), kemudian Rasulullah bersabda:
”Masuklah wahai Bilal: ’Sesungguhnya keadaanku sangat sibuk mengurusi
diriku sendiri, di mana penyakitku rasanya semakin bertambah berat. Maka
suruhlah Abu Bakar agar (menjadi imam) shalat berjama’ah dengan
orang-orang yang hadir.’
Kemudian keluar seraya menangis dengan telapak tangan diletakkan di atas kepala sambil mengeluh: ”Wahai nasib, susah, sungguh, putus harapan, telah putus hilang sasaran tujuan, andaikan ibuku tidak melahirkan aku …’. Bilal pun terus memasuki rnasjid sambil berkata: ‘Hai Abu Bakar, sesungguhnya engkau diperintah Rasulullah saw (menjadi imam) shalat berjama’ah dengan yang hadir, karena beliau sibuk mengurusi dirinya sendiri yang dalam keadaan sakit.”
Kemudian keluar seraya menangis dengan telapak tangan diletakkan di atas kepala sambil mengeluh: ”Wahai nasib, susah, sungguh, putus harapan, telah putus hilang sasaran tujuan, andaikan ibuku tidak melahirkan aku …’. Bilal pun terus memasuki rnasjid sambil berkata: ‘Hai Abu Bakar, sesungguhnya engkau diperintah Rasulullah saw (menjadi imam) shalat berjama’ah dengan yang hadir, karena beliau sibuk mengurusi dirinya sendiri yang dalam keadaan sakit.”
Tapi ketika Abu Bakar melihat mihrob masih kosong dengan tidak hadirnya
Rasulullah Saw, karena tidak tahan din langsung menjerit dan pingsan.
Spontan ributlah kaum muslimin yang ada, sampai-sampai Rasulullah saw
mendengar ribut-ribut itu.
”Ya Fathimah, ada apakah dengan jeritan itu, dan kenapa disana
ribut-ribut!” Fathimah menjawab: ”Keributan itu karena kaum muslimin
sendiri, sebab engkau tidak ada.”
Maka saat itu Rasulullah saw memanggil Ali dan Fadlal bin Abbas.
Kemudian heliau bersandar (dipapah) keduanya masuk masjid, lalu shalat
bersama-sama mereka 2 rakaat fajar pada hari Senin itu. Ba’da shalat
kemudian beliau menghadap ke belakang kepada mereka, dan bersabda:
”Wahai kaum muslimin, kalian itu masih dalam pemeliharaan dan
pertolongan Allah Taala. Untuk itu bertaqwa-lah kepada Allah dan taati
Dia, sesungguhnya saya ini akan meninggalkan dunia, dan hari ini adalah
hari pertamaku di akherat dan hari terakhirku di dunia …” Kemudian
beliau bangkit dan pulang ke rumahnya. (Hadits masih panjang, dan sampai
di sini masih shaheh).
Dari tempat yang ghaib Allah memerintah kepada malaikat pencabut nyawa:
”Engkau turunlah menemui kekasih-Ku dalam bentuk yang paling baik.
Lakukan dengan cara halus ketika mencabut ruhnya. Kalau dia memberi
izin, masuklah. dan kalau tidak diizinkan, jangan masuk dan pulanglah.”
Malaikat mautpun turun dengan rupa seperti orang badui dari gunung. Depan pintu dia berucap:
”Mudah-mudahan keselamatan terlimpah untuk kalian wahai penghuni rumah
Kenabian dan rumah sumber Risalah, apakah saya diperbolehkan masuk?”
(Sampai di sini hadits masih shaheh).
“Wahai hamba Allah.” jawab Fathimah. ”Sesungguhnya Rasulullah sedang
sibuk karena penderitaan sakitnya.” Tapi malaikat maut itu kemudian
mengulangi salamnya (seperti salam yang pertama khusus kepada
Rasulullah):
“Mudah-mudahan keselamatan terlimpahkan untuk kamu wahai Rasulullah, dan juga untuk penghuni rumah Kenabian.”
Rasulullah mendengar suara malaikat maut ini kemudian bersabda (kepada Fathimah):
“Wahai Fathimak siapa orang yang ada di pintu!”
“Orang badui Ya Rasul”, jawab Fathimah. “Dia mernanggil-manggil dan
sudah aku terangkan bahwa Rasulullab Saw sedang sakit, :api kemudian dia
memanggil ketiga kalinya. Dia memandang tajam padaku sampai gemetar
tubuhku, takut hatiku, dan tulang sendiku terasa bergetar seakan-akan
satu sama lain mau lepas. Wajahku menjadi pucat.”
Rasulullah saw bersabda:
”Fathimah, tahukah engkau siapa dia?”
”Tidak tahu”, jawab Fathimah.
Kemudian Rasulullah saw bersabda:
“Dia itu melaikat maut yang memusnahkan semua kenikmatan, yang
memutuskan segala nafsu syahwat, yang memisahkan pertemuan, dan
menghabiskan semua rumah, serta dia yang meramaikan kuburan.” (Hadits
Shaheh)
Mendadak Fathimah menangis keras, lalu berkata: “Aduh! Sungguh kelak
akan celaka, karena adanya kematian Nabi yang terakhir. Menjadi musibah
besar karena wafatnya untuk orang-orang yang bertaqwa. Mereka terputus
dari pemimpinnya yang suci, yang juga merupakan penyesalan bagi kami
semua sebab sudah berhentinya wahyu dan langit.
Sesungguhnya saya sudah terhalang tak mendengarkan perkataan engkau, juga tidak lagi mendengarkan salam engkau sesudah hari ini.”
Sesungguhnya saya sudah terhalang tak mendengarkan perkataan engkau, juga tidak lagi mendengarkan salam engkau sesudah hari ini.”
Sabda Rasulullah saw:
“Tabahkan (hatimu) Fathimah, sebab sesungguhnya hanya engkau di antara
keuargaku yang pertama berjumpa dengan aku.” (Hadits shaheh, dan ada
juga mengatakan tidak shaheh).
Lalu Rasulullah saw bersabda kepada dia:
“Wahai malaikat maut, masuklah!”
Malaikat itupun masuk seraya mengucapkan salam: ‘Assalaamu’ alaika, Ya
Rasul! Rasulullah saw menjawab: ‘Waalaikas-sallaam wahai malaikat maut
…, engkau datang untuk berkunjung atau untuk mencabut nyawa!”
”Saya datang untuk berkunjung dan juga mencabut nyawa”, Jawab malaikat
maut. “Itu kalau tuan mengizinkan, kalau tidak, saya akan kembali
pulang.”
Sabda Rasulullah saw
”Wahai malaikat maut, di mana engkau meninggalkan malaikat Jibril!”
”Saya tinggalkan di langit dunia.” Jawab Malaikat Maut. ‘Dan para malaikat di sana baru berbelasungkawa terhadap dia.”
Tidak lama kemudian malaikat Jibril turun. dan duduk tepat di sisi kepala Rasulullah saw, Rasulullah saw bertanya kepada dia:
“Apakah engkau sudah tahu kalau ajalku sudah dekat!”
“Benar, Ya Rasul.” Jawab malaikat Jibril.
“Maka beritakan kepadaku (Rasulllah saw) akan Kemulyaan yang menggembirakan aku di Sisi Allah Ta’ala.”
“Semua pintu-pintu telah terbuka.” Jawab Jibril. “Dan para malaikat
sudah berbaris menanti kehadiran Ruh-mu di langit. Pintu-pintu surga
telah terbuka, dan bidadari- bidadari sudah bersolek menanti kehadiran
Ruh-mu.
Sabda Rasulullah saw:
“Segala Puji bagi Allah wahai Jibril, berilah aku kabar gembira mengenai umatku kelak di hari kiamat.”
”Saya beritahukan …,“ Demikian jawab Jibril. “Bahwa sesungguhnya Allah Ta’ala telah berfirman:
“Sesungguhnya sudah AKU larang semua
Nabi masuk ke dalam surga sebelum engkau memasuki lebih dulu. Dan AKU
larang semua umat sebelum umatmu masuk lebih dulu.” (Hadist Qudsi)
Sabda Rasulullah saw: ”Sekarang sudah puas hatiku dan hilang pula
kesusahanku.” Selanjutnya Beliau bersabda: ”Wahai malaikat maut,
mendekatlah kepadaku.”
Malaikat maut pu mendekati Rasulullah saw dan mulailah mencabut ruh beliau. Ketika sampai diperut Beliau bersabda:
“Wahai malaikat Jibril … alangkah pahitnya rasa sakaratul ini…” Tapi
Jibril memalingkan wajahnya dari pandangan Nabi Saw. Nabi Saw berkata:
”Jibril … apakah engkau tidak senang melihat wajahku!” Jibril menjawab:
”Wahai kekasih Allah … siapa kiranya orang yang sampai hati melihat
wajah engkau, dan engkau dalam keadaan sakaratul maut.“
Dari Annas bin Malik ia. ia berkata: ”Ketika ruh Nabi Saw sampai di
dada, beliau bersabda: ”Aku berwasiat kepada kalian, agar kalian
memelihara shalat, dan apa-apa yang menjadi tanggungjawabmu …” (Kata
Annas ra.) : ”Masih saja beliau, mau mewasiatkan dua perkara ini, sampai
perkataannya putus.“ (Hadits Shaheh).
Kata Ali ra.: “Sesungguhnya Rasulullah saw manakala menjelang ajalnya,
kedua bibirnya bergerak-gerak dua kali, kemudian saya mendekatkan
telinga, saya mendengar beliau mengucapkan perlahan-lahan, ‘Ummatku …
ummatku …’. Maka hilanglah ruh Rasululullah saw pada hari Senin Rabiul
Awal.
Diriwayatkan ketika Ali ra. membaringkanjasad Rasulullah untuk
dimandikan, mendadak ada suara dari salah satu sudut rumah mengatakan:
“Jasad Muhammad jangan engkau mandikan, sebab dia sudah suci dan
disucikan …“ Karena suara itu ada rasa ragu dalam hati Ali. Katanya:
“Siapakah engkau sebenarnya, sebab Nabi saw itu sudah berwasiat kepadaku
agar aku yang memandikan …”.
Dari arah lain tiba-tiba berseru, “Mandikan dia wahai Ali, sesungguhnya
suara tadi suaranya iblis terkutuk karena dengki terhadap Nabi Muhammad.
Dia bermaksud agar beliau masuk ke kuburan tanpa dimandikan.
“Semoga Allah membalas kebaikan untukmu, karena engkau memberitahukan
bahwa tadi itu suaranya iblis. Lalu engkau siapa!” Suara itu langsung
menjawab: “Saya adalah Nabi Khaidir yang ikut hadir dalam janazah Nabi
Muhammad saw.”
Kemudian Ali melanjutkan memandikan jasad Nabi Muhammad, sementara
Fadlal bin Abbas dan Usman bin Zaid hagian menuangkan (sesuai dengan
wasiat Nabi saw), Jibril pun datang membawa pengawet berupa obat dari
surga. Mereka mengkafani dan menguburkan beliau dalam kamar Siti Aisyah
pada tengah malam Rabu, ada yang mengatakan malam Selasa.
Setelah ‘Aisyah berdiri dekat kuburan Nabi Saw sambil berkata:
‘Wahai orang yang belum pernah memnakai pakaian sutra, belum pernah
tidur di atas ranjang yang empuk; ialah orang yang pergi dari dunia,
sementara perutnya belum pernah kenyang oleh roti sekalipun dan gandum
yang kasar. Wahai orang yang memilih tidur di atas dedaunan korma
dibanding tidur di atas ranjang … wahai orang yang tidak tidur sepanjang
malam, hanya karena tukut siksa neraka Syair. Seumpama dunia ini kekal
bagi semua orang, pasti Rasulullah saw pun akan kekal abadi.”
Allahumma shalli alaa Muhammad wa alaa ali Muhammad …..
Kisah detik-detik kematian Rasulullah saw terjadi setelah haji Wada’
yang memperoleh wahyu terakhir (lihat Surah Al-Maidah:3). Tapi ada yang
mengatakan tidak terakhir, sebab ada ayat lain yang turun sebagai hadits
kenabiannya; ada yang mengatakan ayat itu dari Surah Taubah:128-129.
Setelahnya ada yang mengatakan 21 hari, ada yang mengatakan 80 hari, dan
ada yang mengatakan tinggal 50 hari Rasulullah saw hidup, kemudian
wafat, di mana masa hari perbedaan pendapat kecil bermula dari perbedaan
ayat terakhir turun. Namun yang umum adalab Surat Al-Maidah ayat 3,
sebagai hakikat penyempurnaan agama Islam. Yang jelas setelah ayat
(tatkala Haji Wada’) selang beberapa hari-hari yang dimaksud di atas
kemudian Rasulullah saw meninggal dunia, persis sebagaimana rincian
hadits di atas. Wallahu A’lam Bishshawaab …
Detik-Detik Wafatnya Rasulullah Saw
Versi Kedua:
”Pada hari ini telah Kusempurnakan untukmu agamamu dan telah
Kusempurnakan nikmatKu kepadamu serta telah Kuridhai Islam sebagai
agamamu” (Al-Maa’idah : 3)
Mendengar ayat ini menangislah Umar ra.
Nabi SAW bertanya : ”Apakah yang membuatmu menangis?”
Umar ra menjawab : ”Yang membuatku menangis adalah kalau kita selama
ini selalu bertambah-tambah dalam agama kita. Tetapi kalau sekarang
agama itu telah sempurna, maka sesuatu yang sudah sempurna tidak bisa
lain kecuali dia akan berkurang”
Nabi bersabda : ”Benar engkau!” (Abus Su’ud)
Telah diriwayatkan bahwa ayat ini diturunkan setelah Ashar hari Jum’at
di Arafah pada Haji Wada’. Waktu itu Nabi Muhammad SAW sedang
mengerjakan wukuf di Arafah diatas unta, dan setelah ayat ini tidak
lagi turun ayat tentang kewajiban.
Ketika turun ayat ini Nabi Muhammad SAW merasa tidak kuat menanggung
arti dari ayat tersebut. Beliau bertelekan (bersandar) pada untanya dan
unta pun tertunduk.
Turunlah Malaikat Jibril dan berkata :”Ya Muhammad, benar-benar telah
sempurna hari ini perihal agamamu dan telah selesai apa yang telah
diperintahkan Tuhanmu kepadamu, dan apa yang dilarangNya padamu.
Kumpulkan sahabat-sahabatmu dan kabarkan pada mereka bahwa aku tidak
akan lagi turun kepadamu setelah hari ini.”
Lalu kembalilah Rasulullah dari Mekah ke Madinah. Dikumpulkannya
sahabat-sahabatnya dan dibacakannya ayat tersebut kepada mereka serta
menceritakan kepada mereka tentang apa yang dikatakan oleh Jibril AS.
Mendengar berita tersebut bergembiralah para sahabat dan mereka berkata :“Telah sempurna Agama kita”
Kecuali Abu bakar ra. Dia sangat bersedih dan kembali kerumahnya. Dia
mengunci pintu dan tenggelam dalam tangisnya siang malam. Para sahabat
mendengar keadaan Abu Bakar itu, mereka berkumpul dan mendatangi rumah
Abu Bakar ra.
Mereka bertanya : ”Hai Abu Bakar, mengapa engkau menangis pada
saat kita harus bergembira dan senang? Karena Allah SWT telah
menyempurnakan Agama kita.”
Abu Bakar berkata : ”Hai para Sahabat,
kamu semua tidak mengetahui bencana yang akan menimpamu.
Bukankah kamu mendengar bahwa suatu perkara apabila telah sempurna maka
akan muncul kekurangannya? Ayat ini mengabarkan tentang perpisahan
kita, tentang keyatiman Hasan dan Husain dan tentang Istri-istri Nabi
Muhammad SAW yang akan menjadi janda.”
Maka terjadilah teriakan diantara para sahabat, mereka semua menangis,
dan Sahabat-sahabat lain yang tidak ikut hadir dirumah Abu Bakar
mendengar tangisan dari kamar Abu Bakar, lalu mereka datang kepada Nabi
Muhammad
SAW, dan mereka berkata :”Ya Rasulullah, kami tidak tahu bagaimana
keadaan para sahabat itu, hanya saja kami mendengar tangisan dan
teriakan mereka.”
Maka berubahlah wajah Nabi Muhammad SAW dan berdiri segera menuju rumah
Abu Bakar dan bertemu para sahabat. Beliau melihat mereka dalam keadaan tersebut diatas,
Kemudian bersabda : ”Apakah yang membuat kamu menangis?”
Berkatalah Ali ra.: ”Tadi Abu Bakar berkata, Aku telah mencium bau wafat Rasulullah SAW dari
ayat ini. Apakah benar ayat ini dapat diambil sebagai petunjuk atas wafatmu?”.
Nabi
Muhammad SAW bersabda : ”Benar Abu Bakar dalam ucapannya itu. Memang
benar telah dekat keberangkatanku dari hadapanmu dan telah tiba saat
perpisahanku dengan kamu semua.”
Setelah Abu Bakar ra. mendengar sabda Rasulullah itu berteriaklah dia sekeras-kerasnya dan jatuh tak sadarkan diri.
Ali ra. bergetar tubuhnya dan para sahabat lain menjadi ribut, mereka
ketakutan semuanya dan menangis sejadi-jadinya, hingga gunung-gunung
dan batu-batu ikut menangis bersama mereka, demikian pula para
Malaikat. Ulat-ulat dan binatang-binatang darat maupun di laut,
semuanya ikut menangis.
Kemudian Nabi Muhammad SAW berjabatan dengan para setiap orang dari
para sahabat, berpamitan dan menangis serta memberi wasiat kepada
mereka. Kemudian Beliau hidup setelah turunnya ayat tersebut dalam
delapan puluh satu hari.
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra. Bahwa setelah dekat wafat Nabi
Muhammad SAW, Beliau memerintahkan Bilal untuk menyerukan shalat kepada
manusia. Bilal lalu menyerukan Adzan dan berkumpullah para Sahabat
Muhajirin dan Anshar ke Masjid Rasulullah SAW. Beliau mengerjakan
shalat dua rakaat ringan bersama para sahabat. Kemudian naik mimbar,
memuji dan menyebut keagungan Allah SWT.
Beliau berkhutbah dengan sebuah khutbah yang dalam, hati menjadi takut karenanya, dan air mata bercucuran karenanya.
Kemudian Beliau bersabda :
”Wahai sekalian muslimin, sesungguhnya aku adalah seorang Nabi kepada kamu,
pemberi nasihat dan berda’wah kepada Allah SWT dengan seijinNya. Dan
aku berlaku kepadamu sebagai seorang saudara yang menyayangi dan
sekaligus sebagai ayah yang belas kasih. Barang siapa diantara kamu
yang mempunyai suatu penganiayaan pada diriku, maka hendaklah dia
berdiri dan membalas kepadaku sebelum datang balas membalas di hari
kiamat.”
Tidak ada seorangpun yang berdiri menghadapnya, sehingga Beliau
bersabda demikian kedua kali dan ketiga kalinya. Barulah berdiri
seorang laki-laki bernama Akasyah bin Muhshin.
Berdirilah dia didepan Nabi Muhammad SAW dan berkata : “Demi
Ayah dan Ibuku sebagai tebusanmu Ya Rasulullah, seandainya engkau tidak
mengumumkan kepada kami berkali-kali, tentu aku tidak akan mengajukan
sesuatu mengenai itu. Sungguh aku pernah bersamamu di Perang Badar.
Saat itu untaku mendahului untamu. Maka turunlan aku dari unta dan
mendekatimu agar aku dapat mencium pahamu. Tetapi engkau lalu
mengangkat tongkat yang biasa engkau pergunakan untuk memukul unta agar
cepat jalannya dan engkau pukul lambungku. Aku tidak tahu apakah itu
atas kesengajaan dirimu atau engkau maksudkan untuk memukul untamu ya
Rasulullah?”.
Rasulullah bersabda: ”Mohon perlindungan kepada Allah hai Akasyah, kalau Rasulullah sengaja memukulmu."
Bersabda lagi Beliau kepada Bilal: ”Hai Bilal, berangkatlah ke rumah Fathimah dan ambilkan tongkatku.”
Maka keluarlah Bilal dari Masjid sedang tangannya diatas kepalanya:
”Ini adalah Rasulullah, sekarang Beliau memberikan dirinya untuk diqishash.”
Dia mengetuk pintu Fathimah, dan bertanyalah Fathimah: ”Siapa yang ada di depan pintu?”
Bilal menjawab: ”Aku datang untuk mengambil tongkat Rasulullah”
Fathimah bertanya : ”Hai Bilal, apa yang akan diperbuat Ayah dengan tongkat itu?”
Bilal menjawab: ”Hai Fathimah, Ayahmu memberikan dirinya untuk di qhisash."
Fathimah bertanya lagi: ”Hai Bilal, siapakah yang sampai hatinya mau membalas pada Rasulullah?”
Lalu Bilal mengambil tongkat itu dan masuklah dia ke Masjid serta
memberikan tongkat itu kepada Rasulullah, sedang Rasul kemudian
menyerahkannya kepada Akasyah.
Ketika Abu Bakar dan Umar ra.
memandangnya, maka berdirilah mereka berdua dan berkata : ”Hai Akasyah,
aku masih berada didepanmu, maka balaslah kami dan janganlah engkau
membalas kepada Nabi Muhammad SAW.”
Bersabdalah Rasulullah SAW: ”Duduklah engkau berdua, Allah telah mengetahui kedudukanmu.”
Berdiri pula Ali ra. dan berkatalah dia: ”Hai Akasyah, aku
masih hidup didepan Nabi Muhammad SAW. Tidak akan aku sampai hati kalau
engkau membalas Rasulullah SAW. Ini punggungku dan perutku, balaslah
aku dengan tanganmu dan deralah aku dengan tanganmu.”
Nabi Muhammad SAW bersabda : ”Hai Ali, Allah telah mengetahui kedudukan dan niatmu.”
Berdiri pula Hasan dan Husain, dan mereka berkata : ”Hai
Akasyah, bukankan engkau mengenal kami berdua. Kami adalah dua orang
cucu Rasulullah. Membalas kepada kami adalah sama seperti membalas
kepada Rasulullah.”
Nabi Muhammad SAW bersabda : ”Duduklah engkau berdua wahai kegembiraan mataku.”
Kemudian Nabi Muhammad SAW bersabda: ”Hai Akasyah, pukullah kalau engkau mau memukul.”
Akasyah berkata: ”Ya Rasulullah, engkau memukulku dahulu dalam keadaan aku tidak terhalang pakaianku.”
Lalu Rasulullah menyingkapkan pakaiaannya, dan berteriaklah orang-orang Islam yang hadir seraya menangis.
Ketika melihat putihnya jasad Rasulullah, Akasyah menubruknya dan mencium punggungnya.
Berkatalah dia:
”Nyawaku sebagai tebusanmu ya Rasulullah, siapakah yang akan sampai hati untuk
membalasmu ya Rasulullah. Aku melakukannya hanya mengharapkan agar
tubuhku dapat menyentuh jasadmu yang mulia, dan Allah akan memelihara
aku berkat kehormatanmu dari neraka.”
Bersabdalah Nabi Muhammad SAW: ”Ingat, barang siapa yang ingin melihat penghuni surga maka hendaklah dia melihat orang ini.”
Semua orang Islam yang hadir
berdiri, dan mencium antara kedua mata Akasyah seraya berkata :
”Beruntung sekali engkau, engkau berhasil mendapatkan derajat yang
tinggi dan berkawan dengan Nabi Muhammad SAW di surga.”
Ya Allah, mudahkanlah kepada kami untuk mendapatkan syafa’atnya, berkat keagungan dan kemegahanMu
(Dari Mau’idhatul Hasanah)
Ibnu Mas’ud berkata: ”Ketika dekat wafat Nabi Muhammad SAW
berkumpullah kami di rumah Ibu kita Aisyah. Kemudian Beliau memandang
kami dan bercucuranlah air matanya.
Beliau bersabda:
”Marhaban
bikum rahimakumullah” (selamat datang kamu semua, mudah-mudahan Allah
memberi rahmat kepada kamu) aku berwasiat kepada kamu agar takwa kepada
Allah dan taat kepadaNya. Telah dekat perpisahan dan telah tiba kembali
kepada Allah dan ke surga Al-Ma’waa. Hendaklah nanti Ali yang
memandikan aku, Al-Fadhal bin Abbas yang menuangkan air dan Usamah bin
Zaid yang membantu keduanya. Kafanilah aku dengan pakaianku sendiri
kalau kamu mau, atau dengan pakaian buatan Yaman yang putih. Jika kamu
sudah memandikan aku letakkanlah aku di tempat tidurku didalam kamarku
ini di tepi liang lahadku. Kemudian keluarlah meninggalkan aku sesaat.
Karena pertama-tama yang menshalatkan aku adalah Allah Azza wa Jalla,
kemudian Jibril, kemudian Israfil, kemudian Mika’il, kemudian Malaikat
Maut beserta anak buahnya, kemudian semua Malaikat yang lain. Setelah
ini barulah kamu masuk sekelompok demi sekelompok dan shalatkanlah aku.”
Setelah mereka mendengar kata perpisahan Nabi Muhammad SAW ini mereka berteriak seraya menangis.
Mereka berkata:
”Ya Rasulullah, engkau adalah Rasul kami
dan kepala kumpulan kami. Serta penguasa perkara kami. Jika engkau
harus pergi, lalu kepada siapakah nanti kami akan kembali dalam
menghadapi kesulitan?”
Nabi Muhammad SAW bersabda :
”Aku tinggalkan kamu pada jalan kebenaran dan jalan
yang bersinar dan aku tinggalkan untuk kamu dua penasehat: Yang
berbicara dan yang diam. Yang berbicara adalah Al-Qur’an, sedang yang
diam adalah kematian. Apabila ada sebuah kesulitan pada kamu maka
kembalilah kepada Al-Qur’an dan Sunnah, dan apabila hatimu keras
membantu lembutkanlah dia dengan mengambil pelajaran dengan hal ihwal
kematian.”
Detik-detik Rasulullah saw menjelang sakaratul maut.
Ada sebuah kisah tentang
totalitas cinta yang dicontohkan Allah lewat kehidupan Rasul-Nya. Pagi
itu, meski langit telah mulai menguning, burung-burung gurun enggan
mengepakkan sayap. Pagi itu, Rasulullah dengan suara terbata memberikan
petuah, "Wahai umatku, kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta
kasih-Nya. Maka taati dan bertakwalah kepada-Nya. Ku wariskan dua hal
pada kalian, sunnah dan Al Qur'an. Barang siapa mencintai sunnahku,
berarti mencintai aku dan kelak orang-orang yang mencintaiku, akan
bersama-sama masuk surga bersama aku."
Khutbah singkat itu diakhiri
dengan pandangan mata Rasulullah yang teduh menatap sahabatnya satu
persatu. Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca, Umar dadanya
naik turun menahan napas dan tangisnya. Ustman menghela napas panjang
dan Ali menundukkan kepalanya dalam-dalam. Isyarat itu telah datang,
saatnya sudah tiba. "Rasulullah akan meninggalkan kita semua," desah
hati semua sahabat kala itu.
Manusia tercinta itu, hampir
usai menunaikan tugasnya di dunia. Tanda-tanda itu semakin kuat, tatkala
Ali dan Fadhal dengan sigap menangkap Rasulullah yang limbung saat
turun dari mimbar. Saat itu, seluruh sahabat yang hadir di sana pasti
akan menahan detik-detik berlalu, kalau bisa.
Matahari kian tinggi, tapi pintu
Rasulullah masih tertutup. Sedang di dalamnya, Rasulullah sedang
terbaring lemah dengan keningnya yang berkeringat dan membasahi pelepah
kurma yang menjadi alas tidurnya. Tiba-tiba dari luar pintu terdengar
seorang yang berseru mengucapkan salam.
"Bolehkah saya masuk?" tanyanya.
Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk, "Maafkanlah, ayahku sedang
demam," kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu. Kemudian
ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan
bertanya pada Fatimah, "Siapakah itu wahai anakku?" "Tak tahulah aku
ayah, sepertinya ia baru sekali ini aku melihatnya," tutur Fatimah
lembut. Lalu, Rasulullah menatap putrinya itu dengan pandangan yang
menggetarkan. Satu-satu bagian wajahnya seolah hendak dikenang.
"Ketahuilah, dialah yang
menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di
dunia. Dialah malaikatul maut," kata Rasulullah, Fatimah pun menahan
ledakan tangisnya. Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah
menanyakan kenapa Jibril tak ikut menyertai. Kemudian dipanggillah
Jibril yang sebelumnya sudah bersiap diatas langit dunia menyambut ruh
kekasih Allah dan penghulu dunia ini. "Jibril, jelaskan apa hakku nanti
dihadapan Allah? " tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah.
"Pintu-pintu langit telah
terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua surga terbuka lebar
menanti kedatanganmu," kata Jibril. Tapi itu ternyata tak membuat
Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan. "Engkau tidak senang
mendengar kabar ini? " tanya Jibril lagi. "Kabarkan kepadaku bagaimana
nasib umatku kelak?" "Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah
mendengar Allah berfirman kepadaku: 'Kuharamkan surga bagi siapa saja,
kecuali umat Muhammad telah berada didalamnya," kata Jibril.
Detik-detik semakin dekat,
saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh Rasulullah ditarik. Tampak
seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang.
"Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini." Lirih Rasulullah mengaduh.
Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan
Jibril membuang muka. "Jijikkah kau melihatku, hingga kaupalingkan
wajahmu Jibril?"
Tanya Rasulullah pada Malaikat
pengantar wahyu itu. "Siapakah yang tega, melihat kekasih Allah
direnggut ajal," kata Jibril. Sebentar kemudian terdengar Rasulullah
memekik, karena sakit yang tak tertahankan lagi. "Ya Allah, dahsyat nian
maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada
umatku". Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tak
bergerak lagi.
Bibirnya bergetar seakan hendak
membisikkan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya. "Uushiikum bis
shalati, wa maa malakat aimanuku, peliharalah shalat dan santuni
orang-orang lemah di antaramu." Di luar pintu tangis mulai terdengar
bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan
diwajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah
yang mulai kebiruan.
"Ummatii, ummatii, ummatiii" -
"Umatku, umatku, umatku" Dan, pupuslah kembang hidup manusia mulia itu.
Kini, mampukah kita mencinta sepertinya? Allahumma sholli 'ala Muhammad
wa baarik wasalim 'alaihi. Betapa cintanya Rasulullah kepada kita.
Kirimkan kepada sahabat-2 muslim lainnya agar timbul kesadaran untuk
mencintai Allah dan RasulNya, seperti Allah dan RasulNya mencinta kita.
Karena sesungguhnya selain daripada itu hanyalah fana belaka.
Sangat menggetarkan hati ... terima kasih atas postingnya
BalasHapusBodoh tak ade otak langsung..
Hapusjudi aj di otak anjing kau ni...
Detik-Detik Wafatnya Rasulullah Saw
BalasHapusSimbah ku bilang, kalau kejadian 1500 tahun yang lalu, dapat diceritakan detik demi detik, maka itu berarti banyak kebohongannya, artinya cerita itu hanya untuk menimbulkan ketajuban umat.
Insya Allah stidak'y bsok qt hrus mNjdi manusia yang lbih baik drpda hari ini,mmbkali diri dg taqwa kpd Allah dan Rosull untuk bekal d akhirat adalh lbh baik drpda tdak sama skali,bgaimna prsiapn qt untuk mnghdapi skratul maut nanti?! Wallahua'lam bisowab..
BalasHapusAllhumma solli 'ala sayyidina Muhammad wa 'alihi sayyidina Muhammad. Ya Rasul kami yang berlumuran dosa ini mengharap engkau akui sebagi ummatmu.
BalasHapusRiwayat sebagian di atas adalah palsu, karena telah di tambah dan di kurangi oleh ahli kitab.
BalasHapusHati-hati itu cerita dusta buatan syi'ah laknatullah.
BalasHapusCerita yg shohih, Nabi wafat dipangkuan 'aisyah, istri tercintanya.
Allahu ta'ala a'lam.
Betul beliau di pangku dlam rumah dan di saksikan shohabat
Hapussaya yakin ini adalah kebenaran yg hakiki yg se mata2 dari Allah swt,,dan Allah sendiri yg akan memeliharanya.
BalasHapusDimana Aishah semasa kewafatan nabi? Sedangkan Rasulullah wafat dirumahnya sendiri bukan dirumah Fatimah. Kenapa muncul cerita Fatimah ?
BalasHapusBagaimana pula Allah Azza Wa Jalla salat keatas jenazah nabi?
Saya khuatir kisah ini datang dari syiah.
Ini sumber nya dari hadits yang mana ya? Dan riwayat siapa? Tolong dijelaskan
BalasHapusIni kematian rasul versi syiah, yg diplesetkan rasa sakit yg dialami rasul dan lokasi rumah, aslinya rasul meninggal dipangkuan aisyah dan dirumah aisyah.
BalasHapusAllahumma sholli ala muhammad wa ala ali muhammad...😢😢😢
BalasHapusBukannya rosul sebelum wafat menderita sakit akibat racun sehingga sakitnya luae biasa serasa aortanya terputus.
BalasHapusItukan diwaktu lebaran kuda
HapusItu bapakmu yang diracuni.. lo jangan asal ngomong lo...
HapusBiarlh hany ALLAH yg tahu
BalasHapusThanks for info, jangan lupa kunjungi website kami https://bit.ly/2D6voYK
BalasHapus